Assalamu’alaikum...
Setelah sekian lamanya karena dengan bermacam kesibukan dan
juga baru selesai ujian akhir semester, akhirnya aku bisa nulis kembali di
sini, di blog yang seadanya. Di postingan sebelumnya Dusunku sudah aku
jelaskan sepenggal cerita kehidupan yang ada di kampung tempat kelahiranku. Kali
ini aku akan membahas kembali sedikit tentang kampungku ini.
Untuk bisa sampai kampung kami ini, kita harus terlebih dahulu
menyebrangi Sungai Sambas Besar dari kota Tebas menuju Perigi Piai menggunakan
kapal feri maupun sampan. Setelah itu, melewati Kecamatan Tekarang hingga
sampai di Desa Teluk Kaseh yang kemudian akan menemukan sebuah gang yang didepannya ada plang yang bertuliskan “Selamat
Datang di Dusun Kayar Hilir Desa Teluk Kaseh”. Untuk saat ini jalan untuk
mengakses menuju kampung kami sudah cukup layak untuk dilalui mulai dari
kendaraan roda dua sampai roda empat. Hanya saja ketika sudah masuk ke dusun
kami, jalannya masih terbilang rusak karena aspalnya telah hancur yang hanya memanfaatkan bongkahan-bongkahan
batu dan tanah keras, serta ada juga sebagian jalan yang sudah disemen. Akan tetapi,
jika sudah masuk beberapa ratus meter ke dalam, kita akan menemukan jalan
setapak di sebelah kanan seberang sungai Kayar yang menjadi jalan alternatif bagi
pejalan kaki, pesepeda maupun pesepeda motor.
Berbicara tentang tentang sungai Kayar, sungai ini merupakan
sungai yang menjadi salah satu sumber kehidupan di kampung kami. Sungai kecil yang
bermuara di Sungai Sambas Besar ini, juga menjadi jalan alternatif untuk
berpergian bagi masyarakat yang tidak memiliki kendaraan darat tetapi masih memiliki
kendaraan air seperti sampan. Dulunya, sungai ini banyak sekali ikan-ikan air
tawar. Akan tetapi, karena orang-orang yang tak bertanggung jawab sungai ini tak
kaya lagi akan hewan-hewan air tawar yang layak untuk dikonsumsi. Sungguh
sangat disayangkan memang, masyarakat yang dulunya rata-rata hobi memancing,
sekarang sudah berkurang jumlahnya. Sehingga yang masih betah dengan hobinya,
memaksakan diri untuk pergi ke ujung sungai Kayar bahkan pergi ke sungai besar
untuk mencari sesuap lauk.
Cukup sekian tinta yang bisa aku curahkan untuk menceritakan
sedikit percikan warna kehidupan yang ada di kampung kelahiranku, mungkin di
lain kesempatan akan dilanjutkan kembali dengan hal-hal menarik lainnya baik
dari kampungku sendiri maupun cerita-cerita yang lainnya. Sampai jumpa lagi dan
terima kasih.
Wassalamu’alaikum...
No comments:
Post a Comment